MAKALAH
TEKNOLOGO BETON RINGAN
Makalah ini bibuat untukmelengkapi tugas mata kuliah Teknologi Beton
Dosen pengampu : Abriyani sulistyawan, Ir., MT
Disusun oleh :
Nama : NGABDURROCHMAN
Nim : 7007089
PRODI TEKNIK SIPIL FEKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2009
PENDAHULUAN
Sejak peradaban membangun dimulai, manusia mencari sejenis semen untuk mengikat batu-batuan menjadi massa yang terbentuk dan utuh. Belum diketahui siapa yang berusaha membuat beton untuk pertama kalinya. Namun yang jelas, baik semen maupun beton, sebagaiman pula umumnya banyak bahan bangunan yang lain, bukan lah penemuan yang secara tiba-tiba muncul begitu saja, tapi berkembang secara berangsur dari berbagai upaya trial and error selama beberapa abad.
Dalam millenium yang ketiga ini manusia tidak pernah jauh dari bangunan yang terbuat dari beton. Beton merupakan materi bangunan yang paling banyak digunakan di bumi ini. Dengan beton dibangun bendungan, pipa saluran, fondasi dan basement, bangunan gedung pencakar langit, maupun jalan raya.
Kata beton dalam bahasa Indonesia berasal dari kata yang sama dalam bahasa Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus yang berarti tumbuh bersama atau menggabungkan menjadi satu. Dalam bahasa Jepang digunakan kata kotau-zai, yang arti harfiahnya material-material seperti tulang ; mungkin karena agregat mirip tulang-tulang hewan.
Teknologi material bahan bangunan berkembang terus, salah satunya beton ringan aerasi (Aerated Lightweight Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC). Sebutan lainnya Autoclaved Concrete, Cellular Concrete, Porous Concrete, di Inggris disebut Aircrete and Thermalite. Beton adalah material komposit yang rumit. Beton dapat dibuat dengan mudah bahkan oleh mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang beton teknologi, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi jelek dari beton sebagai materi bangunan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Beton Ringan
Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan daripada beton pada umumnya. Beton ringan dapat dibuat dengan berbagai cara, antara lain dengan: menggunakan agregat ringan (fly ash, batu apung, expanded polystyrene – EPS, dll), campuran antara semen; silika; pozollan; dll (dikenal dengan nama aerated concrete) atau semen dengan cairan kimia penghasil gelembung udara (dikenal dengan nama foamed concrete atau cellular concrete).
Tidak seperti beton biasa, berat beton ringan dapat diatur sesuai kebutuhan. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara 600 – 1600 kg/m3. Karena itu keunggulan beton ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada proyek bangunan tinggi (high rise building) akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada perhitungan pondasi.
Beton ringan AAC ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Beton ringan AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman di tahun 1943. Hasilnya, beton ringan aerasi ini dianggap sempurna, termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi. Di Indonesia sendiri beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Karawang Timur, Jawa Barat.
B. Pembutan Beton Ringan
Pembuatan beton ringan ini pada prinsipnya membuat rongga udara di dalam beton. Ada tiga macam cara membuat beton aerasi, yaitu :
• Yang paling sederhana yaitu dengan memberikan agregat/campuran isian beton ringan. Agregat itu bisa berupa batu apung, stereofoam, batu alwa, atau abu terbang yang dijadikan batu.
• Menghilangkan agregat halus (agregat halusnya disaring, contohnya debu/abu terbangnya dibersihkan).
• Meniupkan atau mengisi udara di dalam beton. Cara ketiga ini terbagi lagi menjadi secara mekanis dan secara kimiawi.
Proses pembuatan beton ringan atau Autoclaved Aerated Concrete secara kimiawi kini lebih sering digunakan. Sebelum beton diproses secara aerasi dan dikeringkan secara autoclave, dibuat dulu adonan beton ringan ini. Adonannya terdiri dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, nantinya akan mengembang selama 7-8 jam. Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Volume aluminium pasta ini berkisar 5-8 persen dari adonan yang dibuat, tergantung kepadatan yang diinginkan. Adonan beton aerasi ini lantas dipotong sesuai ukuran.
Adonan beton aerasi yang masih mentah ini, kemudian dimasukkan ke autoclave chamber atau diberi uap panas dan diberi tekanan tinggi. Suhu di dalam autoclave chamber sekitar 183 derajat celsius. Hal ini dilakukan sebagai proses pengeringan atau pematangan. Kenapa tidak dijemur saja? Kalau adonan ini dijemur di bawah terik matahari hasilnya kurang maksimal karena tidak bisa stabil dan merata hasil kekeringannya.
Rongga Udara Dari Reaksi Kimia
Saat pencampuran pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan dicampur alumunium pasta ini terjadi reaksi kimia. Bubuk alumunium bereaksi dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir kwarsa dan air sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan, hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Nah, rongga-rongga udara yang terbentuk ini yang membuat beton ini menjadi ringan.
Meskipun hidrogennya hilang, tekstur beton tetap padat tetapi lembut. Sehingga mudah dibentuk balok, atau palang sesuai kebutuhan. Untuk membentuknya adonan cukup dipotong dengan kawat sesuai ukuran yang diinginkan. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam autoclave chamber selama 12 jam. Selama proses pengerasan ini berlangsung, saat temperatur mencapai 190 derajat celsius, dan tekanannya mencapai 12 bar atau 174 psi, pasir kwarsa bereaksi dengan kalsium hidroksida menjadi kalsium hidrat silika. Pada proses ini menentukan kekuatan atau kekerasan beton aerasi.
Setelah keluar dari autoclave chamber, beton ringan aerasi ini sudah siap digunakan sebagai konstruksi bangunan. Jika ditimbang beton ringan aerasi yang sudah jadi ini 80 persen bobotnya adalah udara. Meskipun berupa rongga udara, beton ringan aerasi dapat menahan beban hingga 1200 psi.
Satu Adonan Bisa Apa Saja
Dengan kehadiran AAC menciptakan sistem membangun yang menyeluruh dan lengkap. Singkatnya sebuah gedung atau rumah dari pondasi hingga ke atap cukup satu material saja yaitu beton AAC. Hal ini tak lepas dari keserbabisaan material ini yang mudah dibentuk.
Produk AAC bisa berupa batu bata beton, panel dinding, lintel (balok beton), panel lantai, atap, serta kusen atau ambang pintu dan jendela. Beberapa produk ada yang diperkuat lagi dengan ditanamkan besi beton di dalamnya. Salah satu contoh untuk panel dinding atau panel lantai.
Dengan memanfaatkan semua produk AAC ini dapat membuat struktur bangunan sekaligus. AAC mempermudah proses konstruksi, membangun rumah atau gedung seperti bermain LEGO (permainan menyusun balok kubus) saja.
Ukuran beton ringan aerasi ini sangat akurat, sehingga meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai. Misalnya untuk membentuk dinding rumah, pada sudut dinding ini sisi-sisi batu bata beton bisa saling mengisi mengikuti pola geometri tertentu, tak perlu memotong atau tiang cor untuk pengikat dinding. Untuk pemasangan panel dinding atau panel atap ada plat besi yang dirancang untuk mengikatnya dengan paku.
Beton AAC tak sekuat beton konvensional. Perbandingannya hanya 1/6 dari kekuatan beton konvensional, sehingga perlu perlakuan khusus untuk digantungi benda yang cukup berat misalnya wastafel, lemari atau blok kitchen set. Dengan menggunakan paku jenis tertentu benda-benda yang cukup berat tadi tetap dapat kokoh tergantung. Beton AAC dijamin tidak ambrol.
C.Keunggulan Dan Kelemahan Beton Ringan
a. Keunggulan
Beton ringan ini memiliki banyak keunggulan dan kelebihan dibanding bahan bangunan yang lain,antara lain :
1. Balok AAC mudah dibentuk. Dengan cepat dan akurat dipotong atau dibentuk untuk memenuhi tuntutan dekorasi gedung. Alatnya cukup menggunakan alat pertukangan kayu.
2. Karena ukurannya yang akurat tetapi mudah dibentuk, meminimalkan sisa-sisa bahan bangunan yang tak terpakai.
3. AAC mempermudah proses konstruksi. Untuk membangun sebuah gedung dapat diminimalisir produk yang akan digunakan. Misalnya tidak perlu batu atau kerikil untuk mengisi lantai beton.
4. Bobotnya yang ringan mengurangi biaya transportasi. Apalagi pabrik AAC dibangun sedekat mungkin dengan konsumennya.
5. Karena ringan, tukang bangunan tidak cepat lelah. Cepat dalam pengerjaan.
6. Semennya khusus cukup 3 mm saja.
7. mengurangi biaya struktur besi sloff atau penguat.
8. mengurangi biaya penguat atau pondasi
9. waktu pembangunan lebih pendek.
10. tukang yang mengerjakan lebih sedikit
11. sehingga secara keseluruhan bisa lebih murah dan efisien
12. Tahan panas dan api, karena berat jenisnya rendah.
13. Kedap suara
14. Tahan lama kurang lebih sama tahan lamanya dengan beton konvensional
15. Kuat tetapi ringan, karena tidak sekuat beton. Perlu perlakuan khusus. dibebani AC menggunakan fisher FTP, Wastafel fisher plug FX6/8, panel dinding fisher sistem injeksi.
16. Anti jamur
17. Tahan gempa
18. Anti serangga
19. Biaya perawatan yang sedikit, bangunan tak terlalu banyak mengalami perubahan atau renovasi hingga 20 tahun.
20. Nyaman
21. Aman, karena tidak mengalami rapuh, bengkok, berkarat, korosi.
Perawatan:
1. 70% AAC berpori tetapi masing-masing pori independen sehingga tidak menyerap air
2. Tetap harus diplester
b. Kelemahan
Kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekannya (compressive strength) terbatas, sehingga sangat tidak dianjurkan penggunaan untuk perkuatan (struktural).
D. Aplikasi Beton Ringan Sebagai Pengganti Batu Bata Untuk Diding
membangun hunian tak lagi mutlak mengandalkan bata merah. Beton pun bisa dijadikan pilihan. Beton tergolong istimewa karena ringan.
Selain bahan, pengeringan beton ringan dan bata merah berbeda. Beton ringan dikeringkan dengan sistem autoclave. Karena itu, beton atau bata ringan tersebut akrab juga disebut autoclaved aerated concrete (AAC). Sementara, bata merah membutuhkan pembakaran.
Hal lain yang membedakan adalah industri pembuatnya. Bata merah dapat dikerjakan industri kecil, sedangkan beton ringan dikerjakan industri besar. ”Itu juga membuat harga kedua bahan ini berbeda jauh,” jelas pria 53 tahun tersebut.
Beton ringan mempunyai beragam keunggulan. Salah satunya, tahan api. Sebab, bahan dasar dan proses produksinya dibuat tidak padat, tapi tahan terhadap tekanan gaya. Itu semua dihasilkan berkat teknologi pembuatannya yang relatif lebih tinggi daripada teknologi beton biasa.
Bahan yang tidak padat membuat beton ringan mampu menyerap panas dan hemat listrik. Bahkan, beton tersebut memiliki ketahanan terhadap panas dari luar bangunan. Akibatnya, temperatur di dalam bangunan menjadi lebih rendah. Temperatur yang rendah itu berdampak pendinginan ruang tidak memerlukan energi listrik yang besar. Terutama untuk pemakaian AC. ”Beton ringan juga mampu meredam suara karena memiliki rongga halus di dalam bahan,” imbuh pria yang pernah menetap di Prancis tersebut.
Kelebihan lain beton ringan adalah pengerjaan yang cepat. Itu disebabkan ukuran yang cukup besar. Beton ringan milik Hebel, misalnya, berukuran 60 x 20 x 10 cm. Nah, ukuran bata merah 25 x 12 x 5 cm. Kalau pemasangan bata 6-8 meter persegi per hari, beton ringan bisa 12-15 meter persegi dalam sehari. Jika kebutuhan beton ringan per satu meter persegi delapan buah, batu bata 33 buah.
”Beton ringan juga mudah dibentuk sesuai dengan kondisi di lapangan, karena mudah dipotong,” ujar Hendra Selamat, marketing PT Sinar Buana Perkasa, distributor bata Hebel. Tampilan beton ringan juga lebih rapi dan bersih. Ukurannya pun banyak, mulai yang standar 60 x 20 x 10 hingga jumbo 60 x 40 x 10.
Ada juga beton ringan untuk lantai maupun tangga. ”Pemakaian semen juga tidak perlu banyak. Cukup dioleskan tiga mili, antarbeton sudah melekat kuat,” tambah Hendra. Namun, semen yang digunakan khusus. Yaitu, semen instan (mortar), bukan semen yang dicampur pasir dan air.
Namun, tidak semua desain bangunan sesuai dengan pemakaian beton ringan. Bahan itu sesuai jika digunakan pada bangunan yang menggunakan bidang lebar dan menghendaki kerapian tinggi. Pada bangunan khusus dan menghendaki detail khusus, bahan yang natural lebih berperan daripada beton ringan. Warna beton yang pucat membuat dinding dengan bahan beton ringan kurang menarik.
PENUTUP
Dengan majunya teknologi sekarang ini tentunya berimbas pula pada dunia kontruksi, dengan sedikit putar otak dan experiment kini telah ditemukan beton ringan sebagai alternative bahan bangunan yang efesien.
Dengan segala keunggulan dan kelemahanya kini beton ringan telah menjadi pilihan para pelaku kontruksi untuk melaksakan proyek-proyek yang mereka tangani.
Beton ringan dapadi aplikasikan ked lam beberapa pekerjaan kontruksi antara lain :
1. Dinding
2. Cladding
3. Ornamen bangunan
4. Material pengisi
REFERENSI
• http://www.ilustri.org/index.php?option=com_content&view=article&id=98:sekilas-mengenai-beton-ringan&cat
• http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/beton-ringan/
• http://www.jasaarsitek.web.id/dalam-membangun-rumah-beton-ringan-bisa-untuk-pengganti-bata.html
• http://www.kulinet.com/baca/penggunaan-beton-ringan-untuk-bangunan/644/
• http://komrink.blogspot.com/2009/04/teknologi-beton-ringan.html
• http://www.jasaarsitek.web.id/dalam-membangun-rumah-beton-ringan-bisa-untuk-pengganti-bata.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment